Total Tayangan Halaman

Senin, 06 Maret 2017

Aku, Rindu dan Hati yang Lelah Menunggu


Hei, bagaimana kabarmu hari ini? pasti masih bahagia. Duh, bodohnya aku yang menginginkanmu bersedih lantas mendatangiku untuk bertukar cerita atau hanya sejenak numpang melipur lara. Maaf, maaf aku tidak bermaksud. Aku turut berbahagia jika kau bahagia. Bukankah itu dulu selalu menjadi doaku? Bahwa bahagiamu adalah prioritasku. Meski aku lupa meminta kepada Tuhan agar akulah sebab bahagia itu, yasudahlah apa boleh buat yang penting kamu tetap bahagia.
Bagaimana kabarku? Tentu saja aku tak sebahagia saat dulu bersamamu. Kamu tanya kenapa? Ehm, kenapa ya mungkin karena cuma kamu bahagiaku. Tidak, aku tidak bercanda. Kau bahkan masih sama seperti dulu tak bisa membedakan kapan aku serius dan kapan aku bercanda. Kali ini aku serius. Kabarku tak sebaik dulu saat bersamamu. Aku kini menjadi sedikit lebih rapuh, perindu berat dan mudah lelah. Kau tanya siapa yang kurindukan? Aduuuh, kamu aneh sekali kan tadi sudah ku bilang itu kamu. Ah sudahlah lupakan.

Bagaimana kabar dia? Sempurnakah dia untukmu? Atau kau juga tahu bahwa dia tak sempurna lantas kau menyempurnakannya? Kalian memang pasangan yang cocok. Tidak seperti saat bersamaku dulu. Iya maaf, lagi-lagi mengungkit masa lalu. Aku masih saja mudah terbawa perasaan. Baiklah, aku memang rindu tapi hatiku sudah terlalu lelah menunggu. Aku lepaskan kau dengan penuh ikhlas untuknya. Cintai dia lebih besar bahkan daripada cintamu dulu padaku, bahagiakan dia, jangan buat dia menangis sekalipun, jaga dia dan hei selalu belajarlah jadi imam yang baik. Jangan lelah ya, biar aku saja yang lelah.

Rinduku Kepadamu Tak Pernah Berbatas


Ibu, kemarin aku rindu, hari ini juga, esok dan seterusnya juga akan begitu. Ibu jarakku dan jarakmu memang tak dekat, waktuku dan waktumu memang singkat, pertemuanku dan pertemuanmu tak panjang. Tapi rindu dan doaku tak pernah henti terucap.
Ibu, aku tertatih. Aku berjuang melawan perih, tentu tak sebesar perih pengorbananmu untuk kami anak-anakmu. Ibu, kami tahu kau lelah. Tapi demi kami kau kuatkan dirimu seribu kali, agar kau bisa menguatkan kami jutaan kali.
Ibu, maafkan aku jika terkadang aku lelah, aku terlalu sibuk dengan duniaku, dengan teman-temanku, dengan pekerjaanku. Namun disela sibukku tak lupa ku sebut namamu dalam doaku. Berharap Tuhan kita bermurah memanjangkan umurmu, menyehatkan ragamu, membahagiakan jiwamu, menjagamu sebaik mungkin selagi aku tak di sampingmu.
Ibu, kenangan-kenangan masa kecil itu kembali berkelebatan bagai kaset rusak yang diputar ribuan kali, namun berapa kalipun diputar akan selalu menyenangkan dan aku tak akan keberatan. Bagiku segala sesuatu yang ku lalui bersamamu selalu indah.
Ibu, maafkan jika putri bungsumu yang bandel ini sama sekali belum bisa membahagiakanmu atau malah sering menyusahkanmu. Ah, kau bahkan tak pernah mengeluh apapun tentang itu.
Ibu, tahukah kamu? Kau ibu terbaik nomor satu di dunia dan tiada duanya. Dan aku rindu
“Ingin ku dekap dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas, Ibu

Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas. Ibu”

Jumat, 23 Desember 2016

Tiga Surga Bersejarah di Kepulauan Seribu

Tulisan kali ini akan membahas tentang liburan ane ke Kepulauan Seribu, udah telat sih tapi gapapa lah ya hahaha (maksa)

Jadi ceritanya udah lamaaaa banget pengen ke Kepulauan Seribu tapi ga kesampaian, gegara liat buku tentang Kepulauan Seribu di Gram*d jadilah keinginan itu semakin menggebu. Ciieeelah

Akhirnya browsing lah nyari-nyari destinasi ke sana, kebanyakan sih menawarkan Pulau Harapan, Pramuka, Bidadari, Tidung dan 3 pulau sekaligus yaitu Pulau Kelor, Onrust dan Cipir (One Day Trip). Berhubung saya sebatang kara di sini, iya di sini. Akhirnya mencari partner gembel yang siap diajak kesana. Pilihan saya jatuhkan pada trip tiga pulau. Hanya dengan Rp 100.000,00 saja udah bisa nggembel-nggembel cantik di ketiga pulau itu hahaha (berasa lagi iklan). Setelah nyari temen yang sama-sama kalem (baca: sengklek) seperti saya, berangkatlah kita pas tanggal 11 Desember 2016.

Di jadwal sih kita kumpul di Dermaga Muara Kamal, namanya sih ga terlalu familier ya daripada Muara Angke dan muara-muara lainnya. Akses menuju dermaga Muara Kamal – Jakarta Utara:
1. Transjakarta menuju Kalideres turun shelter, naik angkot carry plat hitam ke Muara Kamal sampai mentok Muara Kamal atau Tempat Pelelangan Ikan (Rp.6.000), jalan kaki menuju dermaga Muara Kamal.
2. Bis apapun yang jurusan Kalideres turun di Perempatan Cengkareng (ciri ada Ramayana), naik angkot carry plat hitam ke Muara Kamal sampai mentok Muara Kamal atau Tempat Pelelangan Ikan (Rp. 6.000), jalan kaki menuju dermaga Muara Kamal.
3. Dari arah Tangerang naik angkutan apapun yang menuju Grogol, turun di Perempatan Cengkareng (ciri ada Ramayana), naik angkot carry plat hitam ke Muara Kamal sampai mentok Muara Kamal atau Tempat Pelelangan Ikan (Rp.6.000), jalan kaki menuju dermaga Muara Kamal.
4. Taksi sampai Tempat Pelelangan Ikan Muara Kamal, jalan kaki menuju dermaga Muara Kamal. Jika Peserta tidak mengetahui rute dari tempat asal menuju transit, bisa menanyakan ke panitia. Panitia siap membantu.
Ini penampakan Dermaga Muara Kamal
Harusnya sih kita berangkat jam 07.30 dari  tapi biasa lah ya orang Indonesia jadinya jam 08.30 baru berangkat, syediih lah ane yang daripagi belom makan. Saran buat yang mau ke sini mending sarapan dulu dari rumah takutnya ga tega makan di dermaga yang bau amis ikan.
Setelah menunggu lama, akhirnya panitia tour menyuruh kita bersiap-siap untuk berangkat, dan melesat lah kita ke destinasi pertama yaitu Pulau Kelor. Perjalanan dari Dermaga Muara Kamal ke Pulau Kelor cukup cepat hanya memakan waktu 30-40 menit. Pas perjalanan kita bisa liat perahu nelayan lainnya atau speed boat yang ngangkut penumpang ke pulau-pulau lain. Di buai ombak yang awalnya keruh jadi bening dan angin laut yang sepoi-sepoi mantaplah perjalanannya.
Akhirnya kita tiba di Pulau Kelor (oiya Pulau ini makin booming karena pernah dipake nikah sama Rio Dewanto sama Atikah Hasiholan). Pulau ini ga luas-luas banget jadi ga butuh waktu lama buat mengeksplornya, Ikon yang terkenal adalah Benteng Martello yang udah berdiri sejak jaman VOC masih berkuasa, katanya sih fungsinya buat mempertahankan Batavia dari serangan musuh. Oiya kata Tour Guidenya dahulu Pulau Kelor lebih luas dari sekarang dan dulu merupakan kuburan bagi orang-orang yang meninggal di Pulau Onrust, jadi kalau main air di pantainya kemungkinan bisa nemu tulang belulang manusia. Syereem kan ya, tapi tetep ga menyurutkan niat kamu buat pecicilan kog #eh
Benteng Martello yang aduhai cantiknya
Jangan lupa pose di sini juga kaka ^.^
Perpaduan alam dan sejarah. Pantainya jhooon, sukak banget
Berangkat bedua, di sini raaammmmeee jugak with rombongan open trip

Setelah puas mengeksplor Pulau Kelor, akhirnya kita pindah ke sebelahnya yaitu Pulau Onrust. Perjalanan dari Kelor dan Onrust hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit. Pulau ini dikenal juga sebagai Pulau Kapal karena dulu merupakan galangan kapal yang ramai di abad 17. Di namakan Pulau Onrust karena berasal dari kata Unrest (tidak beristirahat) karena ramainya pulau ini pada masa kejayannya. Di pulau ini terdapat reruntuhan benteng, penjara Jepang, makam Belanda, terowongan penyimpanan air bersih, bekas barak penampungan haji, bekas tempat penampungan tunawisma dan makam keramat petinggi DI/TII Kartosoewirdjo.
Welcome to Onrust Island
Rindangnya Pulau Onrust dengan aura mistisnya
Bekas barak karantina haji
Kompleks Pemakaman Belanda
Di Pulau ini dahulu para jamaah haji yang akan berangkat dan yang akan pulang ditampung di sini, alibinya sih buat mencegah penyakit masuk. Tapi aslinya buat menghilangkan pengaruh dari Arab yang bisa mengancam eksistensi kolonialisme Belanda di Indonesia, makanya pemerintahan Belanda memberikan mereka gelar Haji untuk menandai orang-orang yang menimba ilmu di Arab. (Belanda mah gitu kebanyakan alibi hahaha)
Selain itu terdapat juga pemakaman Belanda, yang terkenal adalah makam Maria Van De Velde yang mati muda saat berumur 28 tahun karena menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang (oh mbak Maria malang benar nasibmu). Di batu nisannya tertulis puisi yang dia buat untuk kekasihnya, Konon pada malam hari hantu Maria kadang menampakan diri, namun saat diklarifikasi ke Bapak Guidenya bilangnya sih nggak ada apa-apa.
Puas mengeksplor sejarah di Pulau Onrust, saatnya kita ke destinasi terakhir yaitu Pulau Cipir (Pulau Khayangan) dikenal sebagai Pulau Khayangan karena dulu banyak orang meninggal di sini (ada yang dikubur di Pulau Kelor ada juga yang jasadnya langsung dibuang ke laut. Al Fatihah). Pulau Cipir terletak kalo nggak salah tepat di sebelah selatan Pulau Onrust sekitar 100 meter kali ya, pokoknya deket banget. Perjalananya hanya sekitar 5 menit.
Pintu Gerbang Pulau Cipir. Anginnya cuuyy
D Pulau Cipir terdapat reruntuhan bekas rumah sakit yang lumayan luas.
Reruntuhan bekas rumah sakit
Tembok bekas rumah sakit. Abaikan penampakannya :D
Wefie dulu kita sama keluarga baru
Abis keliling pulau, nyeburlah kita
Puas mengeksplor pulau, ga lengkap rasanya kalau ke pantai tapi ga nyebur, alhasil beginilah kita kaya paus anyut hahaha. Alhasil begitulah One Day Trip saya mengunjungi tiga surga bersejarah di Kepulauan Seribu, oiya kata guide nya ketiga pulau ini dulu saling berkaitan erat (harusnya sih empat pulau, yang satu Pulau Bidadari karena katanya sudah dikuasai swasta dan ada resort di sana jadi kita ga bisa masuk sembarangan. Duuh sayang banget ya). Sekian tulisan saya yang amburadul, kalau ada yang masih salah maapkeun nyak, nyai masih belajar. Jangan lupa bahagia ^.^